Pemerintah India Memberlakukan Lockdown Nasional Mengingat Kasus Covid-19 Tembus 20jt

New DelhiPemimpin oposisi India, Rahul Gandhi, menyerukan lockdown nasional saat overall kasus infection Corona (COVID-19) di negara itu telah melampaui 20 juta kasus. Pemerintah India diketahui enggan memberlakukan lockdown nasional karena mengkhawatirkan dampak perekonomiannya.

Seperti dilansir Reuters, Selasa (4/5/2021), otoritas India melaporkan 357.229 kasus Corona dan 3.449 kematian dalam 24 jam terakhir. Secara keseluruhan, overall kasus Corona di India sejauh ini mencapai 20.282.833 kasus dengan 222.408 kematian.

Para pakar medis setempat memperkirakan angka sebenarnya di lapangan jauh lebih tinggi, bahkan bisa mencapai 5 hingga 10 kali lipat lebih tinggi dari information resmi.

"GOI tidak memahaminya. Satu-satunya cara untuk menghentikan penyebaran Corona sekarang adalah lockdown total dengan perlindungan NYAY (skema upah minimum) untuk mereka yang rentan," cetus Gandhi dalam pernyataannya through Twitter, merujuk pada 'Government of India' atau pemerintah India.

"Kelambanan GOI telah membunuh banyak orang yang tidak bersalah," imbuh Gandhi yang merupakan anggota parlemen India, Lok Sabha, untuk wilayah Wayanad, Kerala.

NYAY merupakan pada skema upah minimum 'Nyuntam Aay Yojana' yang diajukan partai Gandhi kepada parlemen daerah Wayanad. Skema ini menjanjikan upah minimum jaminan sebesar 72 ribu Rupee setahun untuk keluarga-keluarga yang ada di 20 persen strata ekonomi terendah.

Pemerintah Perdana Menteri (PM) Narendra Modi enggan memberlakukan lockdown secara nasional karena mengkhawatirkan dampaknya pada perekonomian. Namun beberapa negara bagian di India telah menerapkan berbagai pembatasan sosial untuk mengendalikan penyebaran Corona.

Lonjakan kasus Corona yang berkelanjutan selama beberapa waktu terakhir telah membebani sistem kesehatan, menguras pasokan oksigen medis yang penting bagi para pasien Corona dan membuat banyak pasien meninggal dunia di ambulans atau tempat parkir di luar rumah sakit karena tak kebagian tempat tidur.

Antrean kremasi jenazah terus menumpuk, dengan location taman dan tempat parkir dialihfungsikan menjadi lokasi kremasi tiada henti.

PM Modi dikritik keras karena tidak bertindak lebih cepat untuk membatasi gelombang Corona terbaru dan membiarkan jutaan orang tanpa masker menghadiri event keagamaan serta kampanye politik antara Maret dan April lalu.

"Apa yang terungkap dalam beberapa pekan terakhir adalah, baik pemerintah pusat maupun negara bagian dengan sangat menyedihkan tidak siap untuk gelombang kedua," demikian sebut content media terkemuka India, Times of India, pada Selasa (4/5) waktu setempat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Upaya Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Membangun Ekonomi Ditengah Pandemi Ini

Para Pendukung Cak Imin Kebanyakan dari Pengrajin Batik di Bantul Untuk Maju Nyapres 2024

Komite I DPD Usul Revisi UU Pemilu Kembali Masuk Prolegnas Prioritas